Sabtu, 29 November 2014

IQ vs EQ




Semua berawal ketika kelas saya memutuskan untuk menyanyikan lagu Maju Tak Gentar. Kalimat pertama dan kedua lagu dapat kami lantunkan dengan baik, namun ketika bait selanjutnya kami benar-benar dibuat kesusahan sekaligus malu karena tidak hapal lagu yang telah dipilih dan dinyanyikan. Beberapa orang memutuskan untuk mengganti lagu Maju Tak Gentar dengan lagu lainnya, tetapi Mas Seta berkata, ‘lanjutkan. Jangan diganti’. Maka, kami berinisiatif untuk mencari liriknya di google lalu menyanyikannya dengan semangat. Yippie!

Setelah lagu selesai dinyanyikan, kami kembali duduk. Sepersekian detik kemudian saya mulai merenung, betapa memalukannya kami. Nyanyi lagu maju tak gentar (pantang menyerah) tetapi langsung menyerah ketika tidak bisa menyanyikannya.

Dan ternyata, sikap yang kami tunjukan itu membuktikan bahwa selama ini otak kiri kami lebih dominan daripada otak kanan. Kenapa? Ya karena kami mudah menyerah.

Kelas pun dimulai dengan seru mengenai sikap pantang menyerah dan IQ VS EQ.

Ternyata, IQ atau Intelegence Quotient hanya dibutuhkan 20% dalam hidup kita. Kok bisa? Padahal selama ini banyak orang yang ingin IQ-nya tinggi dan malu kalau IQ-nya rendah. Dan orang yang terlalu menggunakan otak kiri, ternyata cuma pinter di konsep, bukan di aksi.

Memang, selama ini di lingkungan akademik yang selalu dilatih adalah otak kiri atau IQ. Padahal sebenarnya, IQ nggak perlu bagus-bagus banget. Kenapa? Karena IQ berfungsi hanya sebatas mengatur strategi, berpikir analitik, dan berpikir sistematis. Dan ternyata, orang kidal pun belum tentu lebih baik EQ-nya, sebab kidal memang dikendalikan oleh otak kanan dalam hal kemampuan motorik, tetapi tidak dengan kemampuan berpikir.

Sedangkan EQ (Emotional Quotient) persentasenya adalah 80%. Besar banget, kan? Sayangnya, sebagian besar dari kita (termasuk saya) belum mengoptimalkan otak kanan atau EQ. Kalau otak kiri yang merancang design, konsep dari apa yang akan kita lakukan, EQ berfungsi sebagai pelaksananya. EQ-lah yang membuat kita dapat bertahan dikeadaan yang paling tidak menyenangkan sekalipun. EQ yang dapat membuat kita hidup maju tak gentar alias pantang menyerah. EQ juga yang membuat kita bisa sukses dan dapat mengekspesikan apa yang kita rasakan.

Jadi, bisa dibilang kalau orang yang IQ-nya tinggi tapi miskin EQ, nggak terlalu keren. Karena jika kecerdasan intelejensi tidak diimbangi dengan kecerdasan berkomunikasi dan berproses, yang terlihat hanyalah nol.


Nah, pasti mau kan kalau otak kanannya aktif supaya bisa sukses dan nggak mudah menyerah?

Ada banyak cara yang dapat meningkatkan kemampuan otak kanan, seperti:

1.       Berlatih komunikasi
Saya merasa perlu banget meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Karena komunikasi adalah segalanya. Kita bisa mulai dengan bercakap-cakap dengan teman, menyapa, bertanya di forum dan kalau sudah jago, berlatih pidato hal-hal semacam itu.

2.       Menulis dan Membaca
Kenapa menulis? Karena ketika menulis kita dapat merealisasikan apa yang ada dipikiran dan dalam menulis pun kita membutuhkan strategi agar tertarik dalam membaca tulisan kita.
Lalu, kenapa membaca? Karena kalau tulisannya mau menarik ya harus diimbangi dengan membaca, dong. Selain itu, karena dengan membaca kita dapat meningkatkan imajinasi karena kita secara refleks akan membayangkan apa yang kita baca.

3.       Mendengarkan musik
Dengan mendengarkan musik kita melatih kemampuan emosional. Karena kita mendengarkan sambil merasakan.

4.       Berorganisasi
Dengan berorganisasi, kita akan melatih diri untuk berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan pendapat bahkan beradu pendapat. Selain itu, kita juga akan menjalankan program kerja yang telah dirancang di organisasi tersebut.

5.       Mengekspresikan diri
Ini tentang bagaimana kita merespon dengan tepat terhadap situasi. Ya, kalau teman menangis, kita berekspresi sedih, jangan malah tertawa. :D


Sebenarnya, masih banyak hal yang dapat digunakan dalam meningkatkan otak kanan, tetapi jika yang lima itu dioptimalkan, kita tidak hanya akan cerdas secara intelejensi tetapi juga emosional.





Semangat Pantang Menyerah,




Nonasan.

2 komentar:

dunia kecil indi mengatakan...

Memang harus seimbang, ya :)

Ron mengatakan...

Aku tidak bisa bernyanyi, makanya orang bilang EQku rendah. Hehe

Semua kembali ke kerja keras masing-masing individu sih